Selasa, 26 April 2011

Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi



Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi
(Tyas Sri Utami)
Pendidikan yang beragam berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. “Competency Based Education is geared toward preparing individuals to perform identified competency” (Schrag, 1987, h 22)
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung empat unsur pokok, yaitu:
1.      Pemilihan kompetensi yang sesuai.
2.      Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.
3.      Pengembangan sistem pengajaran.
4.      Penilaian.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:
1.      Berpusat pada peserta didik
2.      Mengembangkan kreatifitas peserta didik
3.      Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
4.      Bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
5.      Menyediakan pengalaman belajar (Puskur, 2004:13)
Adapun langkah-langkah pengembangan pembelajaran dikemukakan oleh Stanley Elam (1971) dalam Oemar Hamalik (2002:92) sebagai berikut:
Langkah ke-1
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar.
Pada awal abad dua puluh, John Dewey mendengungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan filosofi belajar konstruktivisme dengan mengajukan teori kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Di antara pokok-pokok pandangan progresivisme antara lain:
1.      Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang dipelajari.
2.      Anak harus bebas agar bisa berkembang dengan wajar.
3.      Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
4.      Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5.      Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6.      Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen.
Langkah ke-2
Mengidentifikasi kompetensi
Untuk dapat mengidentifikasi kompetensi, kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan di antaranya:
a.       Pendekatan analisis tugas (task analysis) untuk menentukan daftar kompetensi. Kompetensi dasar berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
b.      Pendekatan the needs of school learners (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa.
c.       Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan masyarakat.kelemahan dari pendekatan ini ialah bahwa sangat sulit menemukan kebutuhan masyarakat yang tepat, tetap serta lengkap sehingga begitu program dilaksanakan pada waktu itu mungkin kebutuhan masyarakat telah berubah.
Hal senada juga diungkapkan oleh Asnan (1981:157) dalam Mulyasa (2004:8) bahwa analisis kompetensi dilakukan melalui proses:
1.      Analisis tugas. Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi.
2.      Pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada.
3.      Research. Research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi berdsarkan hasil-hasil penelitian, dan diskusi.
4.      Expert judgement. Expert judgement atau pertimbangan ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli.
5.      Individual group interview data. Analisis kompetensi berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun kelompok dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan.
6.      Role play. Role play ini dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.
Langkah ke-3
Menggambarkan secara spesifik kompetenssi-kompetensi
Kompetenssi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit dan dapat diamati.
Langkah ke-4
Menentukan tingkat-tingkat kriteria dab jenis assessment
Menentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian kompetensi.
Langkah ke-5
Pengelompokan dan penyusunan tujuan pengajaran
Sebagai pertimbangan atau landasan dalam rangka penyusunan pengaturan tersebut adalah:
a.       Struktur isi yang dimuat dari pengertian-pengertian sederhana sampai dengan prinsip-prinsip yang kompleks.
b.      Lokasi dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan.
Langkah ke-6
Desain strategi pembelajaran
Program instruksional disusun bertalian dengan kompetensi yang telah dirumuskan dan secara logis dikembangkan setelah kompetensi ditentukan. Modul instruksional adalah seperengkat pengalaman dengan maksud memberikan fasilitas kepada para siswa untuk mengembangkan kompetensi. Pada umumnya format modul terdiri dari 5 bagian utama yaitu:
1.      Prospectus, memuat pernyataan yang jelas tentang rasional asumsi-asumsi pokok yang menjadi landasan, hubungan antara modul satu dengan modul yang lainnya dan dengan keseluruhan program.
2.      Tujuan atau seperangkat tujuan yang harus dirumuskan dengan jelas dan tidak membingungkan.
3.      Pre assessment yang meliputi assessment diagnostic terhadap subkompetensi atau tujuan-tujuan modul.
4.      Kegiatan-kegiatan yang merupakan alternative instruksional untuk mencapai kompetensi, alternative yang dapat dipilih oleh siswa berdasarkan asumsi bahwa para siswa bersikap accountable terhadp kompetensi, bukan semata-mataikut berpartisipasi.
5.      Post assessment, untuk mengetahui keberhasilan modul.
Langkah ke-7
Mengorganisasikan system pengelolaan
Program-program yang bersifat individual menuntut sistem pengelolaan yang berguna melayani bermacam-macam kebutuhan siswa.
Langkah ke-8
Melaksanakan percobaan program

1 komentar: