Rabu, 27 April 2011





ANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI KARYA WS RENDRA DAN WOWOK HESTI P
Oleh Tyas Sri Utami
Secara intertekstual, “Sajak Burung-burung Kondor” WS Rendra menunjukkan adanya persamaan dan pertalian dengan sajak “Kita Luka” Wowok Hesti P. Ada gagasan dan ungkapan WS Rendra yang dapat dirunut kembali dalam sajak Wowok Hesti P tersebut. Begitu juga
ide-idenya meskipun dalam pengelolaannya ada perbedaan yang menyebabkan tiap-tiap sajak tersebut menunjukkan kepribadian masing-masing dalam menghadapi segala macam bentuk permasalahan yang dihadapi pada zamannya.
Puisi karya WS Rendra menceritakan tentang penderitaan rakyat Indonesia. Penderitaan para petani buruh yang dijajah kemakmurannya oleh pengusaha Eropa yaitu pengusaha cerutu. Para petani hidup menderita walaupun mereka memanen dan menghasilkan hasil yang panenan yang melimpah tetapi mereka tidak dapat menikmati hasil panenan tersebut karena hasil itu hanya digunakan untuk memperkaya pihak penguasa yang telah menjajah kesejahteraan mereka. Di saat mereka menuntut pemerataan pendapatan penguasa tidak memberikan tanggapan. Rakyat terus menderita dan seolah-olah kehidupan mereka tidak mempunyai kegunaan yang dianalogikan sebagai onggokan sampah. Rakyat tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa memendam rasa ingin memberontak dan sakit hatinya. Rakyat hanya bisa pasrah karena tidak mempunyai kekuatan, daya, dan upaya untuk memberontak para penguasa.
Puisi Rendra yang ditulis berdasarkan fenomena pada saat itu mengkin menjadi inspirasi bagi Wowok untuk mengungkapkan kembali peristiwa yang terulang pada zaman yang berbeda sehubungan dengan nasib penderitaan rakyat Indonesia. Dalam puisinya, Wowok juga menceritakan nasib penderitaan rakyat Indonesia yang menjadi buruh pabrik. Banyak pabrik yang tidak berhati yang melakukan PHK tanpa memikirkan nasib penderitaan rakyat. Semuanya menjadi serba terbalik, yang benar disalahkan dan yang salah menjadi benar. Hal inilah yang membuat rakyat semakin menderita dengan adanya kebijakan yang sewenang-wenang dari penguasa pabrik yang memperkerjakan buruh dengan tanpa penghargaan yang semestinya. Buruh pabrik dalam puisi ini digambarkan sebagai burung-burung yang teronggok di got.
Antara karya sastra yang diciptakan oleh Rendra pada dasarnya mempunyai makna yang sama dengan karya sastra yang diciptakan oleh Wowok. Hal ini disebabkan adanya unsur kesejarahan yang terulang lagi pada zaman yang berbeda yang seirama dengan situasi dan kondisi pada saat fenomena itu terjadi. Sejarah yang diungkap dalam kedua puisi tersebut adalah sama yaitu tentang penderitaan rakyat Indonesia yang dikuasai oleh penguasa yang tidak mempunyai hati.
 Selain itu cara penuangan ide dan gagasan dalam bentuk imajinasi juga mempunyai beberapa kemiripan dalam hal pemilihan diksi puisi yang mengandung makna tertentu. Dalam puisi Rendra disebutkan bentuk-bentuk penderitaan yang dialami oleh rakyat disebutkan sebagai berikut

Para petani buruh bekerja
Berumah di gubug-gubug tanpa jendela
Menanam bibit di tanah yang subur
Memenen hasil berlimpah dan makmur
Nanun hidup mereka sendiri sengsara
Mereka memenen untuk tuan tanah
Yang mempunyai istana indah
Keringat mereka menjelma menjadi emas
Yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu Eropa
Dan bila mereka……..

Hal ini setara dengan penderitaan rakyat yang diungkapkan oleh Wowok
Di dadamu matahari terbit tenggelam sepanjang hari
Memanasi dapur. Kibaran dasi menusuk hati
Pabrik-pabrik tak berhati. Hari ini yang tertembak
Senapan phk antre. Sama panjang pencari kerja
Belati tak milik kita lagi. Tajamnya
Tlah tergadaikan. Kami tak boleh memiliki belati lain
Seperti nyamuk dituduh mengganggu dan ditangkapi
Luka rebut dalam dada……….
Dalam puisi Rendra rakyat dianalogikan bagai onggokan sampah dan di puisi Wowok rakyat dianalogikan sebagai burung pingsan teronggok di got.
Sikap penguasa dalam puisi Rendra dalam menghadapi tuntutan rakyat hanya membetulkan letak dasi dan dalam puisi Wowok penguasa digambarkan melalui kata kibaran dasi menusuk hati. Pabrik-pabrik tak berhati. Dalam puisi Rendra nasib akhir rakyat disebutkan  burung-burung kondor menjerit. Di dalam marah menjerit. Tersingkair ke tempat-tempat sepi.berjuta-juta burung kondor menvakar batu-batu. Memetuki batu-batu, mematuki udara. Dan di kota orang-orang siap menembaknya.
Dalam puisi Wowok digambarkan Burung pingsan teronggok got. Bulu indahnya berpelangi. Bau napasnya limbah. Di tangerang aku menjelma menjadi batu. Tronggok di got-got. Bersama rumput. Dijajah debu saat dasi berkibar lalu.
Pada dasarnya kedua puisi tersebut menceritakan nasib buruk rakyat yang dikuasai oleh penguasa yang tidak berhati dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat. Hanya saja kedua puisi tersebut mempunyai latar waktu yang berbeda. Dalam hal pemilihan diksi kedua puisi tersebut juga mempunyai hubungan kedekatan makna yang dibuktikan dengan analogi-analogi yang hanpir sama dalam penungkapan hal-hal tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar