Reduplikasi merupakan salah satu wujud proses morfologis. Reduplikasi sebagai proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhun, sebagian (parsial), maupun dengan perubahan fonem (Chaer,1994: 182). Oleh karena itu, lazim dibedakan akan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari kata dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari kata dasar balik).
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi empat periode:
Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai politk. Kelemahan demokrasi parlementer adalah memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya persatuan bangsa yang digalang selama perjuangan melawan penjajah menjadi kenor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif untuk mengisi kemerdekaan.
Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin yang telah menyimpang dari demokrasi konstiusional. Masa ini, ditandai dengan dominasi prsiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan mulai menguatnya peran ABRI sebagai kekutan social politik.
Periode 1965-1988, masa demokrasi Pancasila Orde Baru, merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensiil. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa dmokrasi terpimpin. Nemun, dsalam perkembangannya peran presiden semakin dominan sehingga melahirkan pemerintahan otoriter dan tumbuhnya budaya KKN.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara dapat dijamin. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Demokrasi merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat ntuk turut serta dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau turut serta dalam berbagai bidang kegiatan (masyarakat/negara) baik langsung maupun tidak langsung, dengan mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warga negara. Sebagai sebuah kondisi ideal, demokrasi tentu dicita-citakan oleh banyak kalangan.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa jiwa, budaya atau ideologi yang mewarnai pengorganisasian berbagai elemen polotik seperti partai politik, lembaga pemerintahan, maupun organisasi pemerintahan. Kelestarian demokrasi memerlukan partisipasi rakyat yang bersepakat mengenai makna dan paham bekerja dan kegunaan demokrasi bagi kehidupan mereka.
Keberhasilan belajar bahasa dipengaruhi oleh faktor eksternal (guru, lingkungan, teman, keluarga, orang tua, masyarakat, dan lain-lain) dan faktor internal (motivasi, minat, bakat, sikap, kecerdasan, dan lain-lain).Berdasarkan faktor eksternal, ada tiga prinsip belajar bahasa, yaitu : (a) memberikan situasi dan materi belajar sesuai respon yang diharapkan siswa, (b) ada pengulangan belajar agar sempurna dan tahan lam, (c) ada penguatan respon belajar siswa.
Berdasarkan faktor internal, belajar bahasa dapat dibantu dengan berbagai media visual, audio, atau audio visual.
Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia juga dibutuhkan suatu strategi mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi dapat diartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatu kegiatan dapat tercapai.
ANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI KARYA WS RENDRA DAN WOWOK HESTI P
Oleh Tyas Sri Utami
Secara intertekstual, “Sajak Burung-burung Kondor” WS Rendra menunjukkan adanya persamaan dan pertalian dengan sajak “Kita Luka” Wowok Hesti P. Ada gagasan dan ungkapan WS Rendra yang dapat dirunut kembali dalam sajak Wowok Hesti P tersebut. Begitu juga
ide-idenya meskipun dalam pengelolaannya ada perbedaan yang menyebabkan tiap-tiap sajak tersebut menunjukkan kepribadian masing-masing dalam menghadapi segala macam bentuk permasalahan yang dihadapi pada zamannya.
Puisi karya WS Rendra menceritakan tentang penderitaan rakyat Indonesia. Penderitaan para petani buruh yang dijajah kemakmurannya oleh pengusaha Eropa yaitu pengusaha cerutu. Para petani hidup menderita walaupun mereka memanen dan menghasilkan hasil yang panenan yang melimpah tetapi mereka tidak dapat menikmati hasil panenan tersebut karena hasil itu hanya digunakan untuk memperkaya pihak penguasa yang telah menjajah kesejahteraan mereka.
Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.
Contoh :
• bhila (baca : bhileh e schwa) sama dengan bila = kapan
• oreng = orang
• tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
• dhimma (baca : dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
• tanya = sama dengan tanya
• cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
• onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
• Kamma (baca : kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?
Sistem pengucapan
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinya mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada huruf b, d, j, g, jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal huruf a schwa selain a kuat. Sistem vokal lainnya dalam Bahasa Madura adalah i, u, e dan o.
Pendidikan yang beragam berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. “Competency Based Education is geared toward preparing individuals to perform identified competency” (Schrag, 1987, h 22)
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung empat unsur pokok, yaitu:
1.Pemilihan kompetensi yang sesuai.
2.Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.
3.Pengembangan sistem pengajaran.
4.Penilaian.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:
1.Berpusat pada peserta didik
2.Mengembangkan kreatifitas peserta didik
3.Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
4.Bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
5.Menyediakan pengalaman belajar (Puskur, 2004:13)
Adapun langkah-langkah pengembangan pembelajaran dikemukakan oleh StanleyElam (1971) dalam Oemar Hamalik (2002:92) sebagai berikut:
Langkah ke-1
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar.
Pada awal abad dua puluh, John Dewey mendengungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan filosofi belajar konstruktivisme dengan mengajukan teori kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Di antara pokok-pokok pandangan progresivisme antara lain:
Berkesenian; berkecimpung di dunia seni tak pernah terlintas dalam anganku sebelumnya. Hmmm, ternyata menyenangkan, penuh suka cita, haru biru bertabur rasa. Ya, inilah dunia baruku, baru aku mengenalnya setelah aku masuk kuliah. Berteater, membuatku bisa beradaptasi dengan berbagai karakter dan keadaan. Baanyak hal yg kuperoleh, g cuma teman, keluarga baru, tapi juga pengalaman hidup yang ckup ih wauuuuuuu.... complicated dah...
mau tau kegiatan saat ngeksis sok2 nyeni? hm, ni die...
ni foto narsis pasca ngeksis d hadapan adik2 maru UNS
Hay teman or sobat yang punya hoby nyanyi atau bermain drama tentu sering menemui kendala dalam teknik bernapas atau seenggaknya masih sulit menentukan kapan ya kita harus bernapas tanpa harus mengganggu proses bernyanyi atau dialog. Hmmm, terlebih dahulu perlu kita kenal pernapasan apa sih yang biasa digunakan untuk nyanyi atau bermain drama.Pernapasan terdiri dari dua yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
DRAMA??? TEATER??? Apaan sie? Pgin tau, belajar bareng yuk...
Ngomong2 drama, drama dapat kita artikan sebagai:
• Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
• Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
• Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
• Drama sesuai ari dalam kamus besar bahasa Indonesia n Sen 1 cerita (sandiwara, film) yg mengharukan; 2 kejadian yg menyedihkan; 3 lakon (komedi, tragedi, dsb) yg dipentaskan; sandiwara.
Sering ya kita mendengar istilah homonim, lebih-lebih dalam pelajaran bahasa Indonesia. homonim sudah bukan merupakan kata yang asing bagi telinga kita. lalu, apa homonim itu???
Kata homonim berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu anoma yang berarti nama dan homo yang berarti sama. Secara semantik, Verhaar (1978) memberi definisi homonim sebagai ungkapan (berupa kata, frase, kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain tetapi maknanya tidak sama.
Hujan berhentilah sejenak, pintaku
Elok rintikmu semakin menyiksaku
Menyisakan panas dalam kalbuku
Kau membuatku cemburu
Dengan hadir dan sapamu
Oh...
Tak ada sapa
Menuntutku untuk bicara
Tapi hanya diam dalam kata
Tanganku tak henti menuliskan
Siapa, siapa, siapa, dan untuk apa?
Dalam keheningan ini
Aku ingin menjadi perupa
Melukiskan laju kehidupan ini
Melaju dalam pelayaran esok
Lagi-lagi aku terhenti
Tak tentu kaki menapak
Apa yang akan kulukiskan di sana
Apakah dia atau perjalanku sendiri
Sayup sapamu terdengar
Waktu tak jua beranjak mengantarku
Ke pelabuhan asaku
Ku masih di sini
Mawar pemberianmu masih jua dalam genggamanku
Tak secantik saat kau petik untukku
Warna dan kelopaknya tak lagi merona
Gugur satu per satu
Hmmm....
Aku selalu terkekeh dalam tawa
Aku melihatmu di sana
Menggandengku dalam sebuah pesta dansa
Dan lagi-lagi...
Kau suntingkan mawar untukku
Kali ini segar, cantik, dan wangi
Kau selipkan janji
Di antara rekah dan kelopaknya
Wangi seperti mawar itu
Pesta dansa pun usai
Mawar tetaplah mawar
Masih jua dalam genggamanku
Tak lagi wangi melainkan berubah jadi duri
Meninggalkan luka dalam genggaman
Teknik membaca cepat sangat kita butuhkan ketika kita memepelajarai bahan yang ckup banyak, ga mungkin kita akan membaca semuanya. tentu kita membutuhkan upaya bagaimana bacaan itu dapat kita pahami dalam waktu sesingkat-singkatnyadengan tingkat pemahaman yang baik pula tentunya. Di sini kita perlu menerapkan teknik membaca cepat. Dalam berbagai teori membaca pun kita telah mengenal adanya berbagai macam langkah-langkah dan bentuk latihan membaca cepat antara lain sebagai berikut:
Masih 5 manit lagi. Lama sekali rasanya menunggu lonceng berdentang dua kali. Hmm… inilah akhir detik-detik penantianku. Pulang. Aku ingin pulang. Ingin sekali aku berhambur keluar dari ruangan ini, mengakhiri perang teori di otakku. Muridku asyik mengerjakan tugas yang baru saja kuberikan. Nampaknya mereka begitu asyik menikmati dan mengaplikasikan segudang teori yang baru saja kusampaikan. Jujur, aku masih canggung dan belum terbiasa dengan dunia baruku ini. Aku lebih suka kehidupan yang agak longgar dari segala macam bentuk paraturan dan tata tertib. Yach… menjadi guru bahasa Indonesia, sebuah tantangan yang besar bagiku. Dalam pandangan orang tuaku, seorang guru adalah seseorang yang memang harus dapat “digugu lan ditiru”. Berat memang, tapi kuyakin bahwa aku dapat merealisasikan dan memberikan yang terbaik untuk ayah bunda.
Di kursi mungil nan cantik dalam ruang kaca eksklusif
Tidakkkah kau tahu?
Angin di luar masih begitu bersahabat
Andai sebentar saja kau buka pintu ruangmu
Tentu kau akan mengerti dan bisa merasakannya
Banyak jerit tangis menunggu uluran tanganmu
Banyak suara tuntut keadilanmu
Kini, tawa kecewa menggema dimana-mana
Tak lebih...
Hanya kecewa yang dirasa
Menunggumu untuk sejenak keluar
Untuk bisa bersama menimang birunya langit
Serta cerahnya mentari
Pernahkah
(Oleh Tyas Sri Utami)
Pertanyaan yang senantiasa terngiang
Mengusikku dalam nyenyak
“pernahkah?”
Ya... pernahkah...
Pernahkah kau menyusuri pantai kehidupan
Negeri yang ada dalam genggamanmu kini
Adakah mereka senantiasa dalam senyum
Atau dalam tangis derita dan sengsara
Pernahkah kau berbicara dan bercumbu dengan alam semesta
Kenapa alam begitu murka akhir-akhir ini
Ramah menyapa dan menyapu kehidupan negeri
Pernahkah kau bertanya pada malam
Kenapa wajahnya temaram dan bulan tak lagi tersenyum
Dalam tanyamu
Tak semerta semua kan menjawab
Cukup jawab dengan amanahmu
Tak Akan
(Oleh Tyas Sri Utami)
Pagi ini masih dalam reguk kuasamu
Dalam bius manis ocehmu
Semua katakan “iya”
Oleh seribu janji berlapis sutramu
Senyummu saat itu mengembang
Memayungi segala pinta dan asa
Kini perlahan terik mulai naik
Pagi itu tak lagi ada
Dari balik kaca kuintip
Sedang apa kau di sana?
Sampai matahari hampir tenggelam dalam malam
Tak kulihat jua kau datang membawa janji itu
Oh...
Hanya pagi dalam mimpi
Kapan kau akan datang dalam pagi secerah waktu itu?
Rupanya bukan lagi pagi yang datang menjawab
Tapi bulan dalam murungnya malam
Apa jawabnya?
“tak akan”
Jamah Kami
(Oleh Tyas Sri Utami)
Berpuing kisah berserakan
Terombang-ambing asa
Tersingkir oleh sebuah hantaman realita
Tak ada tempat mengiba
Ke barat mereka berlari
Ke timur mereka mengadu menguras air mata
Ke selatan mereka meraung berbagi derita
Ke utara mereka menjerit mengentaskan segala kesah
Ke segala arah mereka meluapkan rasa dan beribu kecewa
Tak ada suara
Semua bungkam
Bahkan seringkali buta, tuli, dan bisu oleh keadaan
Dimana mereka?
Kuingin mereka juga menjamah
Mimpi...
Dahulu,… masih kuingat betul
Ketika kudengar suara yang kuharap mampu
Membangunkan mereka dari mimpi buruk sepanjang masa
Tapi...
Mimpi tetaplah mimpi
Sebatas bunga tidur
Bahkan sesuap nasi tetaplah mimpi manis di tengah pahitnya lara
Tuhan
Kepada siapa harus mengiba?
Ketika berjuta mulut menganga
Tersumbat mimpi manis yang tak pernah terbaca
Di sanakah tempat mereka?
Tempat yang dihiasi kumuhnya sekitar
Beratap langit, tanpa alas dan sekat ruangan
Dengan pengharum ruangan serba anyir
Tak ada tempat mengais rezeki
Sementara hanya waktu pendamping setia
Mengadu nasib
Walau harus berperang dengan terik matahari