Minggu, 01 Mei 2011

WACANA


WACANA
(Tyas Sri Utami)
Sering kali kita mendengar istilah wacana dalam kehidupan sehari-hari.  Yang menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya wacana itu? Wacana adalah  rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Dalam wacana kita mengenal beberapa istilah, antara lain:
1.    Kohesi dan Koherensi
Kohesi dan koherensi adalah dua unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat membentuk kesatuan makna. Kohesi merujuk pada keterkaitan antarproposisi yang secara eksplisit diungkapkan oleh kalimat-kalimat yang digunakan. Contoh:
A  : kapan datang?
B  : (saya datang) tadi malam
Koherensi  juga mengaitkan dua proposisi atau lebih, tetapi keterkaitan di antara proposisi-proposisi tersebut tidak secara eksplisit dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang dipakai. Contoh: 
A  : Aduh, lapar sekali saya
B  : Tuh, di pojok ada warung
2.    Deiksis 
Deiksis adalah gejala semantic yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu bersifat deiktis. Contoh:
a.    Kita harus berangkat sekarang. (merujuk ke jam atau menit)
b.    Harga buku naik semua sekarang. ( acuannya lebih luas lagi, sejak minggu lalu sampai sekarang)
c.    Sekarang pemalsuan barang terjadi di mana-mana. (lebih luas lagi, berbulan-bulan dan bisa bertahun-tahun)
3.    Anafora dan Katafora
Anafora adalah peranti dalam bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah dinyatakan sebelumnya. Peranti itu dapat berupa kata ganti persona  seperti dia, mereka, nomina tertentu, konjungsi, keterangan waktu, alat, dan cara. Contoh:
Bu Mastuti belum mendapat pekerjaan, padahal dia memperoleh ijazah sarjananya dua tahun lalu. (dia beranafora dengan Bu Mastuti)
Katafora adalah rujuk silang terhadap anteseden yang ada di belakangnya. Contoh:
Setelah dia masuk, langsung Tony memeluk adiknya. (dia merujuk pada Tony)
4.    Pengacuan dan Referensi
Pengacuan  atau referensi ialah hubungan antara satuan bahasa dan maujud yang meliputi benda atau hal yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa itu. Kita berhadapan dengan pengacuan traktif atau definit jika:
a.       Mengacu pada suatu maujud yang diketahui atau dikenal oleh pembicara dan lawan bicara
b.      Mengacu pada suatu maujud yang sudah disebutkan sebelumnya
c.       Mengacu pada suatu maujud lain yang diwatasi oleh konstruksi seperti anak kalimat atau bentuk proposisi.
Masih terdapat satu jenis pengacuan yaitu pengacuan generik yaitu pengacuan pada suatu kelas yang mencakup semua unsur atau anggotanya.
5.    Konstruksi Endosentrik dan Eksosentrik
Konstruksi endosentrik ialah frasa yang salah satu konstituennya dapat dianggap yang paling penting. Contoh:
Perusahaan kami telah membeli tiga mobil Jepang yang masih baru, (kata mobil menjadi inti frasa tiga mobil Jepang dan dapat mewakili seluruh frasa itu)
Konstruksi eksosentrik tidak mempunyai konstituen inti karena tidak ada kontituen yang dapat mewakili seluruh konstruksi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar