Menghidupkan kampus 24 jam
Oleh Adib Muttaqin Asfar
Dari luar, kampus UNS Kentingan tampak sunyi di malam hari. Namun di dalamnya, masih ada kehidupan yang berdenyut selama 24 jam.
Jika ada suara manusia bernyanyi, berteriak, berpuisi atau terlihat ada sekelompok anak muda duduk melingkar berdiskusi di malam hari, itu sudah biasa. Namun, mereka adalah minoritas di antara suara ratusan binatang malam. Di antara para mahasiswa UNS, mereka juga minoritas karena kebanyakan mahasiswa lebih suka berdiam diri di kos atau mencari keramaian di tempat lain. Umumnya, mahasiswa yang aktif di berbagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang mau menghidupkan malam di kampus.
Sudut timur utara kampus yang dipenuhi pepohonan ini memang jauh lebih ramai dari pada sekitarnya. Berbeda dengan titik-titik kampus lainnya, di sana, siapa pun bisa dengan mudah menemukan mahasiswa meskipun malam sudah cukup larut. Di luar itu, paling-paling hanya ada mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas hotspot internet.
“Dulu memang masih berada di fakultas masing-masing, sekarang semuanya sudah dipusatkan di Grha UKM,” kata Tyas Sri Utami, aktivis yang juga menjabat sebagai ketua Teater Peron UNS .
Kelompok teater adalah salah satu komunitas yang dikenal telah menghidupkan malam-malam di kampus ini selama puluhan tahun. Seperti halnya kelompok teater lainnya, hampir seluruh aktivitas mereka dilakukan pada malam hari. Mulai menulis naskah, persiapan produksi hingga pentas, semuanya dilakukan pada malam hari.
Tyas dan komunitasnya juga tak sendirian. Ada sejumlah ruang UKM lain yang hidup 24 jam di dalam kampus. Memang tak semua anggota komunitas UKM selalu berada di kampus saat malam hari. Jika tak ada agenda penting, hanya sebagian yang menjaga sekretariat 24 jam.
“Tetap ada yang menjaga dan tidur di dalam, hanya cowok,” lanjut Tyas.
Tradisi yang sudah berusia puluhan tahun tersebut kini sudah mulai terusik. Dalam beberapa tahun terakhir, pengelola universitas berupaya menertibkan keberadaan mereka, khususnya yang beraktivitas malam di dalam kampus. Menurut Tyas, pimpinan UNS sempat mengeluarkan aturan baru di lingkungan UKM yang berisi sejumlah pembatasan termasuk jam malam.
Pemberlakuan aturan tersebut masih terus menjadi kontroversi di kalangan aktivis UKM. Umumnya mereka tidak setuju pembatasan aktivitas malam. “Kami mencoba meminta pengertian pada pihak fakultas bahwa teater itu tidak bisa dibatasi waktunya,” ujar mahasiswi yang hampir lulus ini.
Bagi komunitas teater kampus, ketidaksetujuan tersebut memang beralasan. Bukan hanya beraktivitas di malam hari, mereka juga harus berlama-lama di kampus untuk karantina saat menjelang pentas. “Proses seperti ini bisa sampai pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB, bagaimana bisa dibatasi?”
Tak seramai dulu
Di bagian barat Solo, kondisinya tak jauh berbeda. Di balik kegelapan malam kampus UMS Pabelan, masih ada ruang-ruang yang terus terjaga sepanjang malam meski tak begitu terlihat. Beberapa fakultas tertentu memang sudah terlihat sepi sejak senja tiba. Namun di beberapa sudut gedung fakultas besar, kehidupan malam biasanya terus berlanjut hingga malam, termasuk di Griya Mahasiswa UMS.
“Masih ada orang setiap malam. Tapi karena ini hari Minggu, jadi tidak banyak orang,” kata M Ilham, aktivis pencinta alam yang telah bertahun-tahun tinggal di kampus.
Pemuda ini masih ingat saat kompleks kegiatan UKM UMS tersebut sedang jaya-jayanya beberapa tahun lalu. Hingga 2006, dia masih bisa merasakan kampus yang benar-benar dinamis. Saat itu, hampir setiap ruang UKM dipenuhi mahasiswa dengan kesibukan masing-masing. Masih sering terdengar pula digelar diskusi-diskusi di pendapa yang menjadi ruang publik. Di sudut-sudut lain kampus, kompleks kegiatan mahasiswa di beberapa fakultas juga terus menunjukkan denyut nadinya hampir setiap malam.
Karena itu, saat muncul aturan tentang pembatasan aktivitas malam beberapa tahun lalu, sejumlah kelompok mahasiswa sempat menolaknya. Namun, penolakan itu tak berarti apa-apa saat pihak kampus dengan paksa menghentikan aktivitas malam di ruang-ruang UKM.
“Itu dulu, sekarang sudah tidak seketat itu. Jadi masih ada keramaian meskipun tidak seramai yang dulu-dulu,” lanjutnya.
Kini, kehidupan malam di kampus lebih banyak diwarnai oleh anak-anak muda yang memanfaatkan fasilitas hotspot gratis. Mereka menjinjing laptop dan duduk di emperan gedung atau kursi taman. Ada yang sendirian, ada pula yang berpasangan. Sebagian mereka bertahan hingga larut malam bahkan terkadang tidur di kampus bagi yang punya basecamp di sana.
“Yang meramaikan kampus sekarang ya mereka yang hotspotan (pemakai hotspot-red). Di tempat lain kini semakin sepi,” ujar Bani, mahasiswa FKIP tingkat akhir yang terkadang ikut memanfaatkan fasilitas itu.
Mmenurut Wakil Rektor III UMS, Absori, pihak universitas sejak lama melarang aktivitas mahasiswa sepanjang malam. Waktu maksimal yang diperbolehkan di kampus hanya sampai pukul 22.00 WIB.
“Jam malam sebenarnya sudah ada dari dulu. Lebih dari pukul 22.00 WIB, semuanya harus meninggalkan kampus. Tapi kalau ada kegiatan, harus ada izin terlebih dulu,” ungkap Absori.
Absori mengakui masih ada mahasiswa yang masih sering tidur di kampus. Menurutnya, seharusnya tetap ada sanksi bila terjadi masalah di kemudian hari. Pembatasan jam malam di kampus sudah berlangsung lama berdasarkan surat keputusan Rektor.
Absori mengakui tidak ada sanksi akademik terkait aktivitas di dalam kampus lebih dari pukul 22.00 WIB. Hal inilah yang menurutnya membuat aturan ini sering disepelekan. “Memang tidak ada sanksi. Tapi kalau terbukti ada yang melakukan tindak asusila atau kriminal, baru ada sanksi akademik.” - Oleh : Adib Muttaqin Asfar
Jika ada suara manusia bernyanyi, berteriak, berpuisi atau terlihat ada sekelompok anak muda duduk melingkar berdiskusi di malam hari, itu sudah biasa. Namun, mereka adalah minoritas di antara suara ratusan binatang malam. Di antara para mahasiswa UNS, mereka juga minoritas karena kebanyakan mahasiswa lebih suka berdiam diri di kos atau mencari keramaian di tempat lain. Umumnya, mahasiswa yang aktif di berbagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang mau menghidupkan malam di kampus.
Sudut timur utara kampus yang dipenuhi pepohonan ini memang jauh lebih ramai dari pada sekitarnya. Berbeda dengan titik-titik kampus lainnya, di sana, siapa pun bisa dengan mudah menemukan mahasiswa meskipun malam sudah cukup larut. Di luar itu, paling-paling hanya ada mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas hotspot internet.
“Dulu memang masih berada di fakultas masing-masing, sekarang semuanya sudah dipusatkan di Grha UKM,” kata Tyas Sri Utami, aktivis yang juga menjabat sebagai ketua Teater Peron UNS .
Kelompok teater adalah salah satu komunitas yang dikenal telah menghidupkan malam-malam di kampus ini selama puluhan tahun. Seperti halnya kelompok teater lainnya, hampir seluruh aktivitas mereka dilakukan pada malam hari. Mulai menulis naskah, persiapan produksi hingga pentas, semuanya dilakukan pada malam hari.
Tyas dan komunitasnya juga tak sendirian. Ada sejumlah ruang UKM lain yang hidup 24 jam di dalam kampus. Memang tak semua anggota komunitas UKM selalu berada di kampus saat malam hari. Jika tak ada agenda penting, hanya sebagian yang menjaga sekretariat 24 jam.
“Tetap ada yang menjaga dan tidur di dalam, hanya cowok,” lanjut Tyas.
Tradisi yang sudah berusia puluhan tahun tersebut kini sudah mulai terusik. Dalam beberapa tahun terakhir, pengelola universitas berupaya menertibkan keberadaan mereka, khususnya yang beraktivitas malam di dalam kampus. Menurut Tyas, pimpinan UNS sempat mengeluarkan aturan baru di lingkungan UKM yang berisi sejumlah pembatasan termasuk jam malam.
Pemberlakuan aturan tersebut masih terus menjadi kontroversi di kalangan aktivis UKM. Umumnya mereka tidak setuju pembatasan aktivitas malam. “Kami mencoba meminta pengertian pada pihak fakultas bahwa teater itu tidak bisa dibatasi waktunya,” ujar mahasiswi yang hampir lulus ini.
Bagi komunitas teater kampus, ketidaksetujuan tersebut memang beralasan. Bukan hanya beraktivitas di malam hari, mereka juga harus berlama-lama di kampus untuk karantina saat menjelang pentas. “Proses seperti ini bisa sampai pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB, bagaimana bisa dibatasi?”
Tak seramai dulu
Di bagian barat Solo, kondisinya tak jauh berbeda. Di balik kegelapan malam kampus UMS Pabelan, masih ada ruang-ruang yang terus terjaga sepanjang malam meski tak begitu terlihat. Beberapa fakultas tertentu memang sudah terlihat sepi sejak senja tiba. Namun di beberapa sudut gedung fakultas besar, kehidupan malam biasanya terus berlanjut hingga malam, termasuk di Griya Mahasiswa UMS.
“Masih ada orang setiap malam. Tapi karena ini hari Minggu, jadi tidak banyak orang,” kata M Ilham, aktivis pencinta alam yang telah bertahun-tahun tinggal di kampus.
Pemuda ini masih ingat saat kompleks kegiatan UKM UMS tersebut sedang jaya-jayanya beberapa tahun lalu. Hingga 2006, dia masih bisa merasakan kampus yang benar-benar dinamis. Saat itu, hampir setiap ruang UKM dipenuhi mahasiswa dengan kesibukan masing-masing. Masih sering terdengar pula digelar diskusi-diskusi di pendapa yang menjadi ruang publik. Di sudut-sudut lain kampus, kompleks kegiatan mahasiswa di beberapa fakultas juga terus menunjukkan denyut nadinya hampir setiap malam.
Karena itu, saat muncul aturan tentang pembatasan aktivitas malam beberapa tahun lalu, sejumlah kelompok mahasiswa sempat menolaknya. Namun, penolakan itu tak berarti apa-apa saat pihak kampus dengan paksa menghentikan aktivitas malam di ruang-ruang UKM.
“Itu dulu, sekarang sudah tidak seketat itu. Jadi masih ada keramaian meskipun tidak seramai yang dulu-dulu,” lanjutnya.
Kini, kehidupan malam di kampus lebih banyak diwarnai oleh anak-anak muda yang memanfaatkan fasilitas hotspot gratis. Mereka menjinjing laptop dan duduk di emperan gedung atau kursi taman. Ada yang sendirian, ada pula yang berpasangan. Sebagian mereka bertahan hingga larut malam bahkan terkadang tidur di kampus bagi yang punya basecamp di sana.
“Yang meramaikan kampus sekarang ya mereka yang hotspotan (pemakai hotspot-red). Di tempat lain kini semakin sepi,” ujar Bani, mahasiswa FKIP tingkat akhir yang terkadang ikut memanfaatkan fasilitas itu.
Mmenurut Wakil Rektor III UMS, Absori, pihak universitas sejak lama melarang aktivitas mahasiswa sepanjang malam. Waktu maksimal yang diperbolehkan di kampus hanya sampai pukul 22.00 WIB.
“Jam malam sebenarnya sudah ada dari dulu. Lebih dari pukul 22.00 WIB, semuanya harus meninggalkan kampus. Tapi kalau ada kegiatan, harus ada izin terlebih dulu,” ungkap Absori.
Absori mengakui masih ada mahasiswa yang masih sering tidur di kampus. Menurutnya, seharusnya tetap ada sanksi bila terjadi masalah di kemudian hari. Pembatasan jam malam di kampus sudah berlangsung lama berdasarkan surat keputusan Rektor.
Absori mengakui tidak ada sanksi akademik terkait aktivitas di dalam kampus lebih dari pukul 22.00 WIB. Hal inilah yang menurutnya membuat aturan ini sering disepelekan. “Memang tidak ada sanksi. Tapi kalau terbukti ada yang melakukan tindak asusila atau kriminal, baru ada sanksi akademik.” - Oleh : Adib Muttaqin Asfar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar