Point
of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam cerpen. Cara
yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini disebabkan,
watak dan pribadi si pencerita (pengarang) akan banyak menentukan cerita yang
dituturkan pada pembaca. Tiap orang punya pandangan hidup, cara berpkiri,
kepercayaan, maupun sudut emosi yang berbeda-beda. Penentuan pengarang tentang
soal siapa yang akan menceritakan kisah akan menentukan bagaimana sebuah cerpen
bisa terwujud.
Adapun
sudut pandang pengarang sendiri empat macam, yaitu sebagai
berikut.
berikut.
a. Objective
point of view
Dalam teknik
ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti kamu melihat film
dalam televisi. Para tokoh hadir dengan
karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran
para pelaku. Dengan demikian, pambaca dapat menafsirkan sendiri bagaimana
pandangannya terhadap laku tiap tokoh. Dan dengan melihat perbuatan orang lain
tersebut kita menilai kehidupan jiwanya, kepribadiannya, jalan pikirannya,
ataupun perasaannya.
Motif tindakan
pelakunya hanya bisa kita nilai dari perbuatan mereka. Dalam hal ini, pembaca
dapat mendari tafsiran sendiri dari dialog antartokoh maupun tindak-tanduk yang
dilakukan tiap tokoh. Pengarang paling hanya memberikan sedikit gambar mengenai
kondisi para tokoh untuk “memancing” pembaca mengetahui lebih jauh tentang
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
b. Omniscient
point of view
Dalam teknik
ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. la tahu segalanya. la bisa
menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga
mencapai efek yang diinginkannya. la bisa keluar-masukkan para tokohnya. la
bisa mengemukakan perasaan, kesadaran, jalan pikiran para pelaku cerita. Pengarang
juga bisa mengomentari kelakuan para pelakunya. Bahkan pengarang bisa bicara
langsung dengan pembacanya.
Ciri omniscient
point of view lebih cocok untuk cerita yang bersifat sejarah, edukatif, ataupun
humoris. Teknik ini biasa digunakan untuk hal-hal yang bersifat informatif
bagia pembaca, yang kiranya memang pembaca belum begitu banyak mengetahui.
Tentunya, teknik ini biasanya digunakan dalam penulisannya dilakukan observasi
(pengamatan maupun pembacaan).
c. Point
of view orang pertama
Teknik ini lebih
populer dikenal di Indonesia .
Teknik ini dikenal pula dengan teknik sudut pandnag “aku”. Hal ini seperti
seseorang mengajak bicara pada orang lain. Jadi, bukan pengalaman orang lain
yang diceritakan. Dengan teknik ini, pembaca diajak ke pusat kejadian, melihat,
merasakan melalui mata dan kesadaran orang yang langsung bersangkutan.
Tentunya, pemabaca juga harus cerdas membedakan jangan sampai pikiran “aku”
dalam cerpen disamakan dengan pikiran si pengarang itu sendiri.
Teknik sudut
pandang seperti ini sangat cocok untuk cerpen yang mebceritakan masalah
kejiwaan (psikologis) sang tokoh. Pembaca dibawa hanyut dalam setiap gerak
emosi sang tokoh.
d. Point
of view orang ketiga
Teknik biasa
digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang
hanya “menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga (“Dia”)
dapat juga berupa nama orang. Adapun perkembangan emosi tokoh dalam membentuk
konflik dapat dilihat dalam hubungannya antara tokoh utama “dia” dengan tokoh
lainnya.
Dengan menggunakan
tokoh ini, pengarang bisa lebih leluasa dalam menceritakan atau menggambarkan
keadaan tanpa terpaku pada pandangan pribadi, beda halnya dengan menggunakan
tokoh “aku”. Sang tokoh utama dapat seolah-olah berkembang sendiri dengan
pemikiran sendirinya pula. Dengan demikian, pembaca dibawa untuk memahami
sendiri bagaimana tokoh “dia” bertindak tanpa harus memikirkan peranan sang
pengarang terhadap tokoh tersebut.